Depresi Sang Suami Pasien Kanker Payudara - Hampir 40% pria yang memiliki pasangan perempuan pengidap kanker payudara dirawat di rumah sakit karena menderita depresi berat dan kecemasan.
Data ini berasal dari hasil penelitian besar di Denmark, baru-baru ini. Dalam studi itu, peneliti melacak 20.538 pria yang tinggal di Denmark pada 1994-2006 dan memiliki pasangan perempuan-istri atau pacar-yang menderita kanker payudara. Penulis penelitian dari Denmark dan Jepang melaporkan temuan mereka pada jurnal Cancer edisi online 27 September.
Setelah menyesuaikan statistik sehingga mereka tidak keluar dari sejumlah faktor seperti tingkat pendidikan, para peneliti menemukan bahwa 39% orang-orang ini dibandingkan laki-laki lain lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.
Risiko rawat inap lebih tinggi di antara mereka dengan pasangan yang memiliki kasus paling maju dari kanker payudara. Namun, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit masih rendah: hanya 180 dari 20.538.
Para peneliti juga menemukan fakta bahwa laki-laki yang pasangannya meninggal dunia, 3,6 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan pria yang pasangan wanitanya yang selamat dan tidak kambuh. Namun jumlah kasus-kasus ini juga kecil.
Apa bisa meningkatkan risiko masalah psikologis pada pria?
"Temuan menunjukkan bahwa pria mungkin tertekan oleh faktor-faktor seperti perawatan yang intens dan risiko kehilangan pasangan mereka," kata psikolog Wendy G. Lichtenthal, dari Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di New York.
Orang-orang mungkin menderita rasa sakit karena kehilangan orang yang paling dekat dan "tantangan untuk rasa identitas sebagai pasangan dan perubahan dalam jadwal harian mereka, serta pola bahwa kini pasangan rumah tangga mereka sudah pergi," kata Lichtenthal.
Sementara Holly G. Prigerson, direktur The Center for Psycho-oncology & Palliative Care Research di Dana-Farber Cancer Institute di Boston, mengatakan bahwa ada faktor lain yang mungkin memainkan peran, yang disebut emotional contagion yang merupakan penyebaran emosi seseorang yang signifikan kepada orang lain.
"Istri dengan kanker payudara mungkin rentan terhadap depresi, dan ini akan menyebar ke suaminya," katanya.
Lichtenthal menunjukkan bahwa "studi sebesar ini sangat penting karena menyoroti pentingnya perawatan berpusat pada keluarga. Pasangan dari pasien kanker harus sejalan dengan cara pandang tim medis."
Itu sangat penting karena pasangan dari pasien paling berisiko mengalami depresi parah, namun dapat menghindari perawatan atau menjadi terbebani oleh tanggung jawab lain.
"Inilah sebabnya mengapa menciptakan kesadaran tentang peningkatan risiko untuk depresi parah di antara para pasangan sangat penting," katanya. ( inilah.com )
Data ini berasal dari hasil penelitian besar di Denmark, baru-baru ini. Dalam studi itu, peneliti melacak 20.538 pria yang tinggal di Denmark pada 1994-2006 dan memiliki pasangan perempuan-istri atau pacar-yang menderita kanker payudara. Penulis penelitian dari Denmark dan Jepang melaporkan temuan mereka pada jurnal Cancer edisi online 27 September.
Setelah menyesuaikan statistik sehingga mereka tidak keluar dari sejumlah faktor seperti tingkat pendidikan, para peneliti menemukan bahwa 39% orang-orang ini dibandingkan laki-laki lain lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.
Risiko rawat inap lebih tinggi di antara mereka dengan pasangan yang memiliki kasus paling maju dari kanker payudara. Namun, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit masih rendah: hanya 180 dari 20.538.
Para peneliti juga menemukan fakta bahwa laki-laki yang pasangannya meninggal dunia, 3,6 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan pria yang pasangan wanitanya yang selamat dan tidak kambuh. Namun jumlah kasus-kasus ini juga kecil.
Apa bisa meningkatkan risiko masalah psikologis pada pria?
"Temuan menunjukkan bahwa pria mungkin tertekan oleh faktor-faktor seperti perawatan yang intens dan risiko kehilangan pasangan mereka," kata psikolog Wendy G. Lichtenthal, dari Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di New York.
Orang-orang mungkin menderita rasa sakit karena kehilangan orang yang paling dekat dan "tantangan untuk rasa identitas sebagai pasangan dan perubahan dalam jadwal harian mereka, serta pola bahwa kini pasangan rumah tangga mereka sudah pergi," kata Lichtenthal.
Sementara Holly G. Prigerson, direktur The Center for Psycho-oncology & Palliative Care Research di Dana-Farber Cancer Institute di Boston, mengatakan bahwa ada faktor lain yang mungkin memainkan peran, yang disebut emotional contagion yang merupakan penyebaran emosi seseorang yang signifikan kepada orang lain.
"Istri dengan kanker payudara mungkin rentan terhadap depresi, dan ini akan menyebar ke suaminya," katanya.
Lichtenthal menunjukkan bahwa "studi sebesar ini sangat penting karena menyoroti pentingnya perawatan berpusat pada keluarga. Pasangan dari pasien kanker harus sejalan dengan cara pandang tim medis."
Itu sangat penting karena pasangan dari pasien paling berisiko mengalami depresi parah, namun dapat menghindari perawatan atau menjadi terbebani oleh tanggung jawab lain.
"Inilah sebabnya mengapa menciptakan kesadaran tentang peningkatan risiko untuk depresi parah di antara para pasangan sangat penting," katanya. ( inilah.com )
loading...
No comments:
Post a Comment