Insiden SARA ini terjadi dalam Karnaval antinarkoba Bekasi yang digelar dalam rangka Hari Pendidikan Nadional (Hardiknas) hari Ahad (2/5/2010). Karnaval yang digelar oleh Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi itu dimulai dari Gor Bekasi menuju alun-alun, melewati masjid Al-Barkah, lalu finish di Kantor PMI Bekasi.
Menurut Benny Tunggul, Koordinator Lapangan Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi, para peserta karnaval berasal dari sekolah-sekolah se-Bekasi.
“Ini dalam rangka Hardiknas, kita melakukan karnaval Bekasi bebas narkoba. Kita harapkan semua generasi muda perang terhadap narkoba,” kata Benny di halaman kantor PMI Bekasi, Ahad (2/5/2010).
Mulanya pawai yang diikuti sekira dua ratusan peserta itu berlangsung biasa saja. Pada barisan depan diawali dengan marching band berseragam biru muda. Di bagian punggungnya terdapat logo Yahudi, yaitu bintang david.
Kemudian disusul dengan barisan siswa anak-anak SD dengan membawa panji-panji kristiani bertuliskan: Elshadai, Adonai, Yehova Rapha, Yehova Shalom, Yehova Nissi, Yehova Shammah, dll. Ada juga bendera putih dalam ukuran besar bergambar bintang david (david star).
Seorang peserta lainnya, membawa bendera oranye dalam ukuran besar bertuliskan “Jawa Barat,” disertai gambar pedang terhunus yang mengeluarkan api. Pada bagian atas, nampak gambar seekor maung (singa) yang dipenggal dengan sebilah pedang, lalu di bagian paling atas ditampakkan logo bintang david.
Sekitar pukul 8.30 pagi, ketika melewati alun-alun, tepat di masjid Al-Barkah, beberapa peserta karnaval berbuat ulah. Padahal di dalam masjid terbesar sekota Bekasi itu sedang dilangsungkan akad nikah, seorang qori sedang membacakan tiwalah Al-Qur'an.
Tiba-tiba, lima orang peserta karnaval berdandan kristiani itu memasuki pelataran masjid. Spontan, beberapa orang yang terusik, terutama petugas sound system berhamburan keluar, ingin menyaksikan apa yang sedang terjadi.
...lima orang peserta karnaval berdandan kristiani itu memasuki pelataran masjid. Mereka berbaris menghadap pintu utama, membentuk formasi Salib dengan tongkat dan pedang putih...
Ternyata, tepat di depan pintu utama masjid, lima orang itu berbaris menghadap kiblat membentuk formasi “Mahkota Paus dan Salib.”
Orang paling depan, seorang laki-laki dari etnis China membawa replick Tiara (mahkota) Paus berwarna ungu. Mahkota paus itu diletakkan di atas talam yang dihiasi dengan kain beludru warna ungu. Orang kedua yang berdiri di belakangnya mengacungkan tongkat ke atas. Di belakangnya lagi, seorang berpakaian ala tentara Romawi, menyilangkan pedang imitasi berwarna putih. Gabungan antara tongkat dan pedang itu membentuk tanda salib.
Para saksi mata maupun petugas masjid yang melihat pemandangan itu dari teras masjid, spontan menangkap bahwa itu adalah formasi Salib.
“Pas saya lihat gitu, kaget saya. Dah, ini mah salib!” kata Iskandar, seorang petugas.
Sementara dua orang rekannya tidak ikut membentuk formasi Salib, mereka membawa tas sambil membagi-bagikan souvenir berupa gantungan kuci, cincin dan gelang karet bertanda mahkota salib dengan tulisan “Joel Generation.”
Kelima orang itu membubarkan diri bergabung dengan peserta karnaval lainnya, setelah ditegur dengan nada membentak oleh petugas masjid.
“Pas bagi-bagi gitu saya tanya, ini apa-apaan ini! Dia bilang, ini pak cinta Bekasi. Saya bentak lagi, nah kok begini! Terus mereka bubar,” jelas dia.
Sementara di trotoar dekat pagar masjid, para peserta karnaval membagi-bagikan souvenir dan kue kepada siapa saja yang ditemuinya. Mereka mengucapkan “Semoga Bekasi sejahtera, Yesus baik.” Peserta pawai lainnya membawa ember warna emas berisi air. Wanita muda itu memercikkan air kepada orang-orang yang menonton pawai di pinggir jalan.
Tiba-tiba, seorang petugas masjid diperciki dari kepala sampai kaki, seolah sedang melakukan ritual ‘baptis percik.’ Sejurus kemudian, petugas masjid yang tidak melakukan perlawanan itu dipeluk dan didoakan oleh tiga orang.
“Seakan-akan mereka ingin membabtis gitu. Teman saya dicipratkan air di kepala, badan sampai kaki gitu. Lalu dipeluk sambil didoakan ama dia,” kisah seorang petugas masjid.
Tak ingin terjadi sesuatu yang melanggar akidah, maka para petugas masjid lainnya segera bertindak dengan menarik sang petugas sembari mengusir tiga orang Kristen yang dicurigai sebagai penginjil itu.
“Kami takut mereka membaptis gitu, maka kami langsung tarik saja. Saya bentak ‘maksudnya apa ini pak!!’ akhirnya mereka langsung pergi,” paparnya.
Saat diminta tanggapannya mengenai insiden bernuansa SARA di pelataran Masjid Agung Bekasi itu, Christopher, panitia karnaval membantahnya.
“Dalam hal ini nggak ada yang seperti itu. Kami hanya karnaval saja,” sangkalnya.
Mengenai adanya peserta karnaval yang melakukan insiden di masjid, ia mengatakan akan melakukan koordinasi dengan para panitia yang lain.
“Nanti saya akan koordinasi” pungkasnya.
Lecehkan Simbol Muslim, Kristen Tantang umat Islam
Orang yang paling geram terhadap insiden SARA di halaman masjid itu adalah Ustadz Muhammad Romdhon. Karena saat itu ia sedang menjadi saksi pernikahan salah seorang santrinya di Masjid Agung. Prosesi pernikahan terganggu oleh insiden itu. Ia semakin geram, karena para pelaku mengaku karnaval itu sudah diizinkan oleh Walikota Bekasi, Mochtar Mohammad.
“Ya, kalau hal ini dilakukan di terminal, di pasar, di stasiun atau tempat umum mungkin tidak masalah. Tapi ini di tempat ibadah kita. Mereka berani berbuat seperti itu, itu kan menantang,” ujarnya geram.
Menurut Romdhon, tindakan SARA yang dilakukan oleh para aktivis Kristen di Masjid Agung itu berarti menantang umat Islam seluruh Bekasi.
“Ini kan Masjid Agung, simbol dan lambangnya Islam di Bekasi. Maka harga diri kita ditantang untuk menghadapi mereka,” tegasnya.
Romdhon juga mempertanyakan alasan peserta karnaval seperti itu sudah diizinkan oleh walikota.
“Mereka mengatakan ini atas izin walikota. Maka kita tandaskan ke walikota, apa benar begitu yang diizinkan,” pungkasnya.
Henteu jeulas, iring-iringan nu temana "Bekasi Anti Narkoba" eta, anti naon? Anti Narkoba atawa anti Islam, euy? ( voa-islam.com )
No comments:
Post a Comment