Misteri Puber Ke Dua Atau Krisis Paruh Baya

Misteri Puber Ke Dua Atau Krisis Paruh Baya - Krisis paruh baya atau puber kedua yang dipercaya menjangkiti seseorang yang menginjak usia kepala empat ternyata tidak benar. Membeli sebuah mobil convertible merah dan selingkuh dengan sekretarisnya bukanlah ciri seseorang, biasanya pria, terkena krisis paruh baya.

Fenomena yang melambungkan nama Monica Lewinsky dan menjadi tema American Beauty, film peraih Academy Award, sebenarnya tidaklah umum terjadi. “Itu hanya membuat novel dan film menjadi menarik, tapi sebenarnya tidak akurat,” kata Margie Lachman, ahli psikologi dari Brandeis University di Massachusetts.


http://image.tempointeraktif.com/?id=65654&width=274


Alexandra Freund, peneliti masa hidup di University of Zurich di Swiss, menyatakan sebenarnya tak ada waktu yang spesifik dalam kehidupan yang membuat seseorang mengalami krisis. “Ada waktu-waktu ketika sesuatu mengkristal sebagai sebuah gangguan yang sangat dalam dan amat problematis di dalam kehidupan Anda,” katanya. “Orang mengalami tipe-tipe krisis ini, tapi tidak seluruhnya berkaitan dengan usia.”

Sebaliknya, kata Lachman, krisis biasanya dipicu oleh sejumlah peristiwa yang dapat terjadi pada segala usia, misalnya kemunduran karier, kematian sahabat atau kerabat, serta penyakit serius. Ahli epidemiologi tidak menemukan adanya lonjakan dalam kejadian negatif, seperti ketidakpuasan karier dalam usia setengah baya.

Jika lonjakan libido dan kegandrungan terhadap mobil sport hanyalah “bumbu” Hollywood, lantas apa yang sebenarnya dialami oleh seseorang pada tahun-tahun tersebut? Kesalahpahaman yang paling populer adalah krisis paruh baya disulut oleh kesadaran tiba-tiba bahwa nilai dan tujuan masa muda terabaikan untuk aspirasi yang lebih nyaman dan mudah dicapai.

Dalam proses mencari jati diri di masa muda, orang akan berjuang dengan mewujudkan nilai dan tujuan pribadi. Semakin dewasa, kepribadian umumnya tetap stabil seumur hidup seseorang. Sebaliknya, tujuan biasanya variasi dari tujuan semula dan diarahkan dengan nilai inti orang tersebut.

Misalnya, seseorang berminat menjadi cendekiawan, pertama sebagai ilmuwan, dengan mempublikasikan paper di usia 20-an. Namun, pada usia 50-an, dengan mengajar mahasiswa. Bukan nilainya yang berubah, tetapi pendekatannya.

Mitos itu berawal ketika psikolog Elliot Jaques mengemukakan istilah krisis paruh baya pada 1960-an berdasarkan studi terhadap artis dan pasien yang mengalami depresi dan kegelisahan karena bertambah tua. “Seniman diketahui senang mendramatisasi hidupnya, itu pekerjaan mereka,” kata Freund. ( tempointeraktif.com )

loading...

This article may also you need...!!!




No comments:

Post a Comment