Stress dan Depresi Karena Bahagia, Mungkinkah ... ???

Stress dan Depresi Karena Bahagia, Mungkinkah ... ??? - Awas, Stres Bisa Muncul Dari Kejadian Bahagia! - Ada banyak definisi mengenai mental yang sehat, salah satunya dikemukakan Marie Jahoda, seorang psikolog-sosial. Menurutnya, mental sehat ditandai karakteristik: 1) Memiliki sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri; 2) Memiliki pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik; 3) Mampu mengintegrasikan diri dengan baik; 4) Memiliki otonomi diri yang kuat; 5) Memiliki persepsi mengenai realitas, tidak ada kebutuhan yang menyimpang, serta mempunyai empati dan kepekaan sosial; dan 6) Memiliki kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan secara baik.

"Seseorang bisa disebut kondisi mentalnya ideal atau optimal ditandai oleh kondisi tahan banting, mampu menangani stres, bisa menyelesaikan semua masalah kehidupan tanpa keluhan, termasuk punya empati sosial, seperti ditulis Marie Jahoda," papar Dr. Tun Kurniasih Bastaman, Sp.KJ(K), ketua umum PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI).


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ0VtYU9hC3v7ogmie2E1VjZnPvtOYG0Gs7qsRW2D86qt7YqV5kFQ
Stress dan Depresi Karena Bahagia


Kondisi sebaliknya bisa dialami mereka yang ada dalam kondisi ambang, sehingga rentan stres. Dr. Tun mendefinisikan gangguan kejiwaan bila ada keluhan dari individu yang berdampak pada fungsi sosial atau pekerjaan sehari-hari. "Contohnya, ia jadi tidak produktif lagi," ujarnya.

Ada tiga faktor utama yang memengaruhi seseorang menderita gangguan mental, yakni organobiologis, psikologis, dan sosiokultural, yang berpengaruh terhadap perilaku. Organobiologis sudah ada dalam diri orang tersebut, seperti "bahan baku" untuk seseorang mengalami gangguan jiwa, psikologis bisa dari pengasuhan di masa kecil atau traumatis, sedangkan sosiokultural misalnya dibesarkan di daerah yang penuh kerusuhan.


Gangguan ringan biasanya berupa kecemasan, stres, atau depresi, ditandai rasa waswas, gelisah, sulit konsentrasi. Pada kondisi lebih berat, bisa muncul keluhan jantung berdebar-debar, tidak bisa tenang, atau gangguan kontrol buang air kecil maupun besar, meski biasanya akan mereda sendiri.

Stres

Stres bisa memberi efek baik, bisa juga sebaliknya. "Disebut memberi efek baik bila stres memicu produktivitas, bukan malah menghambat penderitanya untuk kreatif, juga membuatnya tidak bisa berpikir atau tidur," kata Dr. Tun.

Menurut Prof. Kathy Sykes, dalam situs BBC, stres dapat disebabkan oleh serangkaian pengalaman buruk maupun baik. Saat merasa stres atas sesuatu yang berada di sekeliling, tubuh meresponnya dengan melepaskan zat kimia ke dalam aliran darah. Zat kimia ini memberi kekuatan dan stamina lebih dengan mendongkrak tingkat energi secara instan dan menekan rasa nyeri atau lapar. Keadaan ini sangat berguna untuk menyelamatkan jiwa kala tekanan terjadi akibat munculnya bahaya fisik yang nyata.

Sayangnya, stres juga memberi pengaruh buruk bagi kita, terutama ketika respon zat kimia tersebut tidak benar-benar dibutuhkan. Kondisi ini biasanya terjadi sebagai akibat dari berbagai tekanan dalam kehidupan.

Terjebak di tengah kemacetan, terlambat menghadiri rapat penting, atau tengah mempersiapkan pesta pernikahan, bisa menciptakan stres. Beberapa kejadian membahagiakan seperti melahirkan bayi atau mendapat pekerjaan baru bahkan bisa membuat lebih stres.

Stres memengaruhi tubuh, juga pikiran. Saat merasa tertekan, denyut jantung meningkat dan terasa ketegangan otot. Stres bisa berpengaruh serius terhadap kehidupan sehari-hari, menimbulkan depresi maupun kecemasan.

Depresi

Depresi merupakan kelainan jiwa yang paling banyak dijumpai di dunia. Dr. Rebecca Fox-Spencer & Prof. Allan Young dalam buku Solusi Praktis, Mengenali, Mengatasi, dan Mengantisipasi Depresi menyebutkan bahwa depresi diperkirakan menyerang sekitar 120 juta orang.

Walaupun jarang dijumpai pada anak berusia di bawah 8 tahun, secara kasar, 3 persen anak mengalami depresi. Depresi lebih sering ditemukan pada remaja, sekitar 40 persen, khususnya remaja putri.

"Di lapangan, depresi lebih banyak ditemukan pada perempuan. Diduga ini ada hubungannya dengan faktor genetik dan hormonal, selain pola pengasuhan di masa kecil," kata Dr. Tun.

Pernah ada penelitian suku Amish di AS, penderita depresi laki-laki dan perempuan jumlahnya sama. Prevalensinya 1:1. Setelah diteliti, pengasuhan yang tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, yakni sama-sama bekerja di ladang, membuat perempuan Amish lebih tahan stres.

"Pola pengasuhan bahwa anak perempuan lebih lemah memberikan kontribusi bagi risiko depresi di masa mendatang," katanya.

Meski demikian, tidak ada pola prevalensi depresi yang jelas, baik di negara maju maupun negara berkembang. Di negara berkembang, kemiskinan dan tingkat kebersihan yang rendah bisa menimbulkan depresi. Di negara maju, stres dan pengharapan tinggilah yang dapat memicu timbulnya depresi.

Menurut Dr. Nicole Highet, ahli depresi dan juga Deputy Chief Executive dari National Depression Initiative, Australia, depresi bisa memengaruhi siapa saja pada satu waktu dalam kehidupannya. Bukan hanya korban bullying, mereka yang kecanduan obat, atau ketika pernikahan retak.

Mereka berisiko lebih besar, tetapi depresi juga bisa berdampak pada atlet di puncak kariernya. Orang kerap bertanya-tanya melihat selebriti yang sukses, tapi depresi. 'Kenapa mereka bisa depresi? Mereka toh memiliki segalanya'.

Sedih dua minggu

Ada kalanya Anda merasa datar-datar saja, tidak termotivasi, atau sulit bangun pagi dan berangkat kerja, itu normal saja. Menjadi tidak normal ketika Anda terus-terusan merasa sedih atau terpuruk setidaknya selama dua minggu atau lebih. Termasuk kehilangan minat untuk menikmati hidup.

Kalau Anda merasa sulit mengatasinya, bisa jadi Anda mengalami depresi. "Berbeda dengan orang yang sedih, orang depresi biasanya tidak mudah dan tidak bisa terhibur dengan perubahan situasi," tutur Dr. Tun.

Tanda-tanda lain yang juga bisa muncul adalah pikiran negatif, merasa tidak berdaya, ditambah gejala fisik seperti sakit kepala dan sulit tidur.

Wanita hamil termasuk rentan mengalami depresi. Sekitar 9 persen perempuan mengalami depresi ketika mengandung. Jadi, ketika Anda membaca buku persiapan melahirkan, jangan lupa baca pula bagian yang membahas kesehatan mental.

Pikirkan saja bahwa Anda akan mengalami masa transisi, termasuk perubahan besar yang berpengaruh terhadap kehidupan Anda. Sadari perasaan yang muncul dan cari solusi ketika mulai muncul tanda cemas maupun depresi.

Ketika melihat seseorang kesakitan di jalan, Anda pasti tergerak untuk menolong. Serupa juga dengan depresi. Cobalah untuk bersimpati dengan orang yang mengalami depresi. Bila Anda melihat perubahan pada seseorang, beri mereka kesempatan untuk mengutarakan perasaannya. Daripada langsung mengatakan "Saya rasa kamu depresi, ya", yang membuat mereka tak ingin membicarakannya lagi.

Bila Anda atau orang terdekat merasakan gejala depresi, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapat penanganan yang tepat. Terapi yang diberikan bisa bermacam-macam, tergantung hasil diagnosis dokter.

Langkah lain yang bisa ditempuh untuk membantu mengatasi depresi, yaitu dengan berolahraga serta mengatur pola makan.

- Olahraga

Salah satu terapi yang murah, efektif, dan memiliki efek samping positif untuk depresi. Sebagian besar orang yang teratur berolahraga mengakui, aktivitas fisik membuat suasana hati mereka baik. Olahraga teratur sama efektifnya dengan obat antidepresan atau terapi berbicara guna meredakan gejala pada kasus depresi ringan.

Dengan olahraga, kadar endorfin akan meningkat. Endorfin merupakan protein yang bekerja menyerupai morfin dan membuat tubuh kurang sensitif terhadap nyeri.

Olahraga juga akan memperbaiki penampilan dan harga diri serta menjadi wadah sosial untuk bertemu orang-orang baru. Namun, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk menentukan olahraga yang cocok.

- Pola makan

Menjaga pola makan sangat penting. Hilangnya nafsu makan menjadi salah satu ciri depresi. Kondisi ini harus segera diatasi. Sebab berkurangnya komponen tertentu dari pola makan yang menurun dapat memperburuk depresi.

Makanan Penurunan Depresi

Sejumlah bahan makanan ini dapat meringankan depresi.

• Asam lemak omega-3

Sekelompok zat lemak yang ditemukan dalam lemak tak jenuh majemuk ini merupakan komponen penting dari memberan yang mengelilingi sel tubuh kita, terutama neuron.

Sumber terbaik asam lemak omega-3 adalah ikan laut, seperti ikan kembung atau sarden. Bila enggan mengonsumsi ikan, Anda bisa menggantinya dengan suplemen minyak ikan.

Penelitian menunjukkan bahwa penderita depresi yang menu makannya ditambah asam lemak omega-3 menunjukkan kemajuan lebih besar ketimbang penderita yang mendapat terapi konvensional.

• Vitamin B

Vitamin B6, B9 (asam folat), dan vitamin B12, dipercaya bermanfaat bagi penderita depresi. Vitamin B6 berguna untuk mengembalikan keseimbangan hormon pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi.

Vitamin B6 dapat dijumpai pada kentang, sereal, daging, ikan, telur, pisang, kacang dan biji-bijian. Vitamin B9 bisa diperoleh dari asparagus, kacang polong, gandum, kacang, hati, dan ragi. Vitamin B12 dapat diperoleh dari daging, produk susu, ikan, telur, dan rumput laut.

• Triptofan

Merupakan asam amino yang digunakan tubuh untuk membentuk serotonin. Mengonsumsi makanan sumber triptofan akan meningkatkan kadar serotonin, sehingga dapat membantu melawan depresi.

Sumber triptofan yang baik seperti pisang, telur, susu, keju, yoghurt, gandum, ayam, dan kalkun.

Kriteria Sehat Mental

Berikut kriteria sehat mental seperti diungkapkan Dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.KJ(K):

  • Merasa sehat fisik dan mental.
  • Dapat menerima diri apa adanya, termasuk kekurangankekurangan.
  • Dapat menerima orang lain dan lingkungann apa adanya, tanpa mengeluh atau protes tentang situasi-kondisi atau orangorang di sekitarnya.
  • Tidak bersikap pasif, menerima begitu saja keadaan dirinya, namun tetap dengan sikap positive thinking dan optimistis, terus berusaha memperbaiki, sebisanya, dan seoptimal mungkin.

Langkah Atasi Stres

Bagaimana cara mengatasi stres? Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah mengenali gejala, awal yang bisa berbeda antar individu. Gejala ini meliputi sakit kepala, resah, sulit tidur, atau cepat marah.

Setelah tahu gejalanya, sejumlah kiat ini dapat dilakukan:

  1. Ubah kebiasaan menyelesaikan pekerjaan. Kerjakan tugas satu per satu, tidak sekaligus dalam satu waktu. Cara ini akan membantu mengurangi stres dan memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk fokus.
  2. Keluar dari rutinitas. Menjauhlah dari hal-hal yang memicu stres, meski hanya beberapa saat. Hat ini akan memberi perbedaan dan ruang bagi kita untuk melihat sesuatu dalam konteks yang berbeda.
  3. Cukup tidur. Inilah cara terbaik untuk memulihkan pikiran dan tubuh setelah mengalami stres.
  4. Adopsi gaya hidup sehat. Ketimbang mengalihkan stres dengan mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, atau makan berlebihan, lakukan saja aktivitas fisik. Bukan hanya membuat tubuh lebih bagus, stres juga reda.
  5. Rileksasi dan napas dalam. Cara ini akan membantu menenangkan diri dan meringankan stres.
  6. Bersabarlah dengan diri sendiri dan bersikap realistis atas sesuatu yang akan Anda capai.
  7. Segera hubungi dokter bila gejala stres kian parah. (cybermed.cbn.net.id)

loading...

This article may also you need...!!!




No comments:

Post a Comment