Bagaimana Jika Anak Anda Tertangkap Menonton Video Porno ... ??? - Pertengahan Juni lalu, sepulang dari sekolah, Izar--sebut saja demikian, murid kelas dua di sebuah sekolah dasar di Depok, Jawa Barat, melapor kepada ibunya. Ia bercerita bahwa dia melihat video mesum di telepon seluler temannya. Sang ibu, yang guru mengaji itu, marah, dan berniat mendatangi sekolah untuk mencari tahu pemilik ponsel itu.
Sejak pertengahan Juni lalu masyarakat Indonesia dihebohkan oleh video mesum yang diduga diperankan oleh artis kesohor. Fenomena ini membuat khawatir ibu-ibu karena peredaran video itu meluas dan mudah diakses, termasuk oleh anak-anak. Konsultan psikologi dari Aschanda Consulting, Achsinfina Handayani Soemantoro, mengatakan video ini berdampak buruk pada perkembangan saraf otak anak. “Setelah menonton bakal kecanduan,” katanya
Namun Achsinfina melarang orang tua memarahi anak yang diketahui telah menonton video mesum. Menurut dia, sikap marah berarti menganggap seks adalah urusan tabu. “Anak-anak bakal takut ngomongin soal seks,” ujarnya. Jika anak merasa takut akibatnya, kata Achsinfina, anak akan tertutup tentang kisah asmaranya atau diam saat anak menjadi korban pelecehan seksual.
Achsinfina menyarankan orang tua lebih dalam menggali informasi dari anak yang telah menonton video mesum itu. Dari informasi itu, kata Achsinfina, orang tua akan tahu sejauh mana anak memahami soal seks. Jika dari informasi itu orang tua menilai ada pengetahuan anak yang tidak pantas diketahui oleh anak seumuran dia, maka tugas orang tua meluruskan.
Usia anak, lanjut Achsinfina, juga perlu dipertimbangkan orang tua. Anak-anak dalam usia sekolah dasar tidak perlu dikenalkan tentang hubungan seks. “Arahkan saja pada anatomi tubuh manusia,” katanya. Sedangkan dengan anak-anak di atas usia 12 tahun, orang tua perlu selektif dan santun berdiskusi soal seks. Yang paling utama, kata Achsinfina, orang tua harus memastikan bahwa pendidikan seks anak-anak harus diberikan oleh orang tua. “Jangan serahkan kepada pihak lain,” katanya. ( tempointeraktif.com )
Sejak pertengahan Juni lalu masyarakat Indonesia dihebohkan oleh video mesum yang diduga diperankan oleh artis kesohor. Fenomena ini membuat khawatir ibu-ibu karena peredaran video itu meluas dan mudah diakses, termasuk oleh anak-anak. Konsultan psikologi dari Aschanda Consulting, Achsinfina Handayani Soemantoro, mengatakan video ini berdampak buruk pada perkembangan saraf otak anak. “Setelah menonton bakal kecanduan,” katanya
Namun Achsinfina melarang orang tua memarahi anak yang diketahui telah menonton video mesum. Menurut dia, sikap marah berarti menganggap seks adalah urusan tabu. “Anak-anak bakal takut ngomongin soal seks,” ujarnya. Jika anak merasa takut akibatnya, kata Achsinfina, anak akan tertutup tentang kisah asmaranya atau diam saat anak menjadi korban pelecehan seksual.
Achsinfina menyarankan orang tua lebih dalam menggali informasi dari anak yang telah menonton video mesum itu. Dari informasi itu, kata Achsinfina, orang tua akan tahu sejauh mana anak memahami soal seks. Jika dari informasi itu orang tua menilai ada pengetahuan anak yang tidak pantas diketahui oleh anak seumuran dia, maka tugas orang tua meluruskan.
Usia anak, lanjut Achsinfina, juga perlu dipertimbangkan orang tua. Anak-anak dalam usia sekolah dasar tidak perlu dikenalkan tentang hubungan seks. “Arahkan saja pada anatomi tubuh manusia,” katanya. Sedangkan dengan anak-anak di atas usia 12 tahun, orang tua perlu selektif dan santun berdiskusi soal seks. Yang paling utama, kata Achsinfina, orang tua harus memastikan bahwa pendidikan seks anak-anak harus diberikan oleh orang tua. “Jangan serahkan kepada pihak lain,” katanya. ( tempointeraktif.com )
Tindakan jika Si Kecil Menonton Video Mesum:
- Jangan memarahi, bersikaplah sabar
- Gali informasi, apa saja yang telah dilihatnya.
- Gali opini anak atas video mesum itu
- Luruskan jika ada informasi yang tidak pantas diketahuinya
- Berikan pengetahun tentang dampak buruk menonton video mesum
loading...
Info bagus. Kita harus menjaga dengan seksama segala aktivitas anak-anak kita. Tapi ingat jangan sampai penjagaan kita mengekang kebebasan mereka berpikir. Ya nggak?
ReplyDelete