"Habib Hasan Al Hadad berdasarkan informasi adalah bujangan sehingga tidak memiliki anak atau tidak ada keturunan langsung," kata Kalla di Kantor Pusat PMI, Jakarta, Jumat.
Menurut Kalla, informasi tersebut adalah penting agar bila ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan langsung dari Habib Hasan Al Hadad maka hal tersebut perlu diklarifikasi lebih lanjut.
Mantan Wakil Presiden RI itu juga melihat hal lainnya yang perlu diklarifikasi adalah soal perbedaan jangka waktu antara Habib Hasan Al Hadad yang wafat pada tahun 1756 dan Zein bin Muhammad Al Hadad (saudara Habib Hasan) yang wafat pada tahun 1947.
Hal itu berarti memiliki rentang waktu sekitar 168 tahun sehingga perlu diklarifikasi karena data tersebut menunjukkan bahwa Habib Zein kemungkinan berusia hampir 200 tahun.
Sumber informasi Tim Investigasi PMI tersebut adalah berasal dari keterangan Pengurus Maqom Al Habib Abdulloh bin Abdurrahman Alaydrus dan Al Habib Ali bin Abdurrahman Alaydrus, serta Risalah Manaqib Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad (Mbah Priok) dan Habib Zen bin Muhammad Al Hadad.
Ketua Tim Investigasi Kemanusiaan PMI, Ulla Nuchrawaty, memaparkan, dari sumber informasi tersebut dituliskan bahwa Habib Hasan Al Hadad dilahirkan di Ulu Palembang, Sumatra Selatan pada 1727.
Dalam perjalanannya untuk syiar Islam ke Pulau Jawa pada 1756, Habib Hasan meninggal dalam usia sekitar 29 tahun dalam keadaan masih bujangan.
Setelah 23 tahun kemudian atau 1779, pemerintah Belanda menjemput Zein bin Muhammad Al Hadad atau adik Habib Hasan untuk memastikan makam saudaranya.
Adapun riwayat Habib Zein yang dianggap mempunyai hak atas tanah kuburan Dobo, wafat pada tahun 1947 dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dobo.
Habib Zein memiliki satu orang anak yaitu Habib Ahmad Zein dan cucu yang bernama Ali Alaydrus yang dalam kasus tersebut mengaku sebagai ahli waris.
"Risalah tersebut menunjukkan bahwa Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad masih bujangan sehingga tidak memiliki keturunan langsung. Almarhum berniat tetapi belum sempat melakukan syiar Islam di Tanah Jawa karena wafat dalam perjalanan di laut," kata Ulla.
Sebelumnya, PMI di Jakarta, 30 April 2010, telah menggelar pertemuan tertutup dengan sejumlah orang yang merupakan ahli waris dari keluarga Mbah Priok.
Pertemuan tersebut antara lain agar pihak PMI juga bisa bertemu secara langsung pihak keluarga ahli waris dan mendengar cerita mereka.
Salah satu yang ditanyakan adalah mengenai kisah perjuangan "Mbah Priok" yang telah melegenda dan mengenai silsilah keluarga. ( antaranews.com )
No comments:
Post a Comment