Rima Fakih. Kemenangan Dalam Gelimang Kontroversi


http://www.suaramedia.com/images/resized/images/stories/2berita/1_5_islam/rima_fakih_muslim_as_200_200.jpg

Anggota keluarga Rima Fakih, Muslim asal Libanon yang memenangkan kontes kecantikan Miss USA, membawa foto dan poster Rima di kediamannya di Libanon, 17 Mei 2010. (Foto: Reuters)


Rima Fakih. Kemenangan Dalam Gelimang Kontroversi – Sheila Musaji dari The American Muslim berusaha mengulas tentang kemenangan Rima Fakih, Muslim pertama yang menjadi Miss USA, yang membuktikan keberadaan Islamofobia di negara Paman Sam itu. Berikut petikan tulisannya:

“Saya meyakini bahwa kontes kecantikan mengeksploitasi kaum wanita dan saya senang bahwa kontes-kontes itu semakin berkurang kepopulerannya tiap tahun. Meski demikian, wanita memiliki hak untuk mengekspresikan diri mereka sebagaimana yang mereka anggap pantas, dan reaksi beberapa warga Amerika terhadap kemenangan Rima Fakih dalam kontes kecantikan Miss USA seharusnya cukup untuk membuktikan bahwa Islamofobia memang ada dan itu tidak ada hubungannya dengan ‘Islam politik’, ‘ Islam radikal’,’ Islamisme’, atau istilah-istilah lain yang digunakan untuk menyembunyikan kebencian mereka terhadap kaum Muslim.

Kebenarannya ada di luar sana untuk dilihat orang-orang. Muslim-lah yang mereka benci.

Para Islamofobis terkenal berhati-hati untuk tidak melewati garis menjadi kefanatikan langsung.

Michelle Malkin tidak senang dengan kemenangan itu. Pamela Geller mengakui kemenangan itu tapi yang mengejutkan dia tidak berkata banyak.

Daniel Pipes memasang artikel berjudul ‘Affirmative Action in Beauty Contest?’ dalam mana dia menunjuk ke wanita Muslim lain yang pernah memenangkan kontes kecantikan di seluruh dunia dan kemudian menyimpulkan, ‘Mereka semua menarik, tapi frekuensi Muslim yang memenangkan kontes kecantikan ini membuat saya mencurigai satu bentuk aneh dari tindakan afirmatif (berusaha memperbaiki diskriminasi di masa lalu melalui langkah-langkah aktif untuk memastikan kesetaraan peluang).’

Islamofobis yang tak terkenal tidak sehati-hati itu, seperti Ray dari Chicago yang mengatakan, ‘Saya melihat ini semalam dan tidak dapat percaya bahwa negara ini sekarang memiliki Miss USA Muslim. Ya Tuhan, Muslim-Muslim ini mencium darah kita di setiap jalan di negara ini sekarang. Selamat tinggal Amerika ketika kaum Muslim mencaplok AS tepat di depan kita dan menertawakan tanah yang sekarat ini.’

Islamofobis kelas tiga seperti Debbie Schlussel bergabung dengan golongan terendah. Mungkin dia berusaha mengalahkan Pamela Geller sebagai blogger terbodoh sepanjang masa. Dapat dikatakan bahwa dia adalah pemenang dalam kontes Islamofobia ini. Orang ini sangat marah hingga menulis banyak artikel tentang cerita kemenangan itu. Beberapa poin hina dari komentar-komentarnya antara lain: menyebut Rima Fakih ‘Miss Hizbullah’ dan ‘seorang Hizbullah yang mendukung Muslim Syiah’, mengatakan kaum Muslim akan mengeksploitasi propaganda ini untuk Islam, mengatakan bahwa ‘Hizbullah sedang menertawakan kita malam ini’, mengatakan bahwa kehadiran Fakih dalam Konferensi Wanita Arab di almamaternya adalah untuk mempromosikan penindasan terhadap wanita dengan menggunakan nama Miss Michigan USA.

Dalam artikelnya yang berjudul Barack Obama: Once A Muslim, Always A Muslim, Schlussel menulis bahwa karena nama tengah Obama adalah Hussein, mendiang ayahnya adalah keturunan Muslim, dan dia menunjukkan minat pada warisan Kenya ayahnya, kesetiaan Obama patut dipertanyakan sebagai kandidat potensial presiden Demokrat.”

Sheila Musaji sependapat dengan Adam Serwer yang mengatakan, “Saya bukan penggemar kontes kecantikan tapi nada dan substansi dari reaksi terhadap seorang Arab yang memenangkan kontes kecantikan setidaknya berguna untuk menunjukkan bagaimana pendapat politik beberapa orang tidak banyak didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan sebagai permusuhan anti-Muslim. Tingkat kemarahannya begitu tidak berimbang. Orang-orang ini tidak khawatir tentang terorisme, mereka tersinggung dengan ide bahwa kaum Muslim berintegrasi ke dalam aspek paling dangkal dan biasa dari masyarakat Amerika.”

Musaji juga sependapat dengan Jonathan Turley yang mengatakan, “Jika Hizbullah berencana untuk mengambil keuntungan dengan memenangkan kompetisi Miss USA, maka mereka lebih putus asa dari yang saya kira. Setelah ini mereka akan mengincar kontes mengeja AS.”

Klaim yang paling sering diulang-ulang tentang kaum Muslim adalah bahwa “semua orang tahu bahwa kebanyakan atau semua teroris adalah Muslim, dan tidak ada teroris Kristen atau Yahudi, dan bahwa kaum Muslim memang dari sananya suka kekerasan.”

“Semua orang juga tahu bahwa Muslim bukan warga Amerika sejati, bahwa mereka adalah musuh dalam selimut, bahwa Muslim yang baik bukan warga Amerika yang baik, bahwa mereka bukan bagian dari warisan Amerika, bahwa mereka semua adalah militan, bahwa Islam membuat kaum Muslim terbelakang, bahwa kaum Muslim tidak membuat kontribusi apa pun bagi Barat, bahwa Islam itu jahat.”

“Semua orang tahu bahwa AS adalah negara Kristen yang berusaha diambil alih oleh kaum Muslim.”

“Orang Arab tidak pernah merayakan serangan 11 September di sebuah Dunkin Donuts di New Jersey. Syahadat bukan ekspresi kebencian. Ancaman bom yang dibuat oleh seorang pelajar Arizona adalah sebuah tipuan dari pelajar non Muslim. Kaum Muslim tidak lebih mungkin mendukung terorisme dan kekerasan daripada Kristen atau Yahudi.”

“Para perawat di Inggris tidak diperintahkan untuk memutar ranjang pasien-pasien Muslim ke arah Mekkah lima kali sehari. Pembantaian di Virginia Tech tidak ada kaitannya dengan Islam. Seorang supir bus di Inggris tidak meminta para penumpangnya untuk turun agar dia bisa sholat. Tidak ada Muslim yang bertindak mencurigakan dalam pesawat 297 Air Tran. Mengenakan kaus bertulisan Arab tidak membuat orang itu berbahaya. Madrasah hanyalah sebuah sekolah. Bekas hitam di dahi kaum Muslim bukan tanda komitmen terhadap jihad. Jihad bukan terorisme. Muslim tidak dilarang memiliki teman-teman non-Muslim,” ujar Sheila Musaji. ( suaramedia.com )


loading...

This article may also you need...!!!




1 comment:

  1. muslimah yang baik dan benar tidak mengumbar auratnya di depan umum seperti itu...
    justru sbgai muslim saya kecewa...

    ReplyDelete