Penyebab Sindrom Stres Komputer. Mesin macet, proses lambat dan penderitaan saat berurusan dengan dukungan teknis membuat orang di Era Digital menderita Sindrom Stres Komputer, demikian hasil satu studi yang disiarkan "daring" (dalam jaringan), Selasa (27/4).
"Konsumen yang bergantung atas teknologi digital hari ini kian terbenam dan sedih terhadap masalah dan gangguan teknis dalam kehidupan mereka sehari-hari," demikian pernyataan kelompok pemikir industri komunikasi di dalam laporan yang berjudul "Combating Computer Stress Syndrome".
Laporan itu mengidentifikasi sumber kepedihan orang sebagai "peralatan dan komputer yang rumit dan mengecewakan, serta kegagalan teknis, serangan virus dan waktu menunggu yang lama untuk menyelesaian semua masalah pendukung".
Semua temuan dilandasi atas survei terhadap lebih dari 1.000 orang di Amerika Utara oleh Dewan Pengalaman Pelanggan yang diciptakan oleh ketua Dewan Pejabat Pemasaran untuk meneliti cara membuat pelanggan tetap senang di sektor komunikasi yang menghadapi persaingan ketat.
"Kenyataannya ialah banyak masalah yang terus berlangsung mengganggu sebagian besar pengguna komputer, sehingga menciptakan kecemasan dan penderitaan yang tak perlu," demikian temuan studi itu, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Prancis, AFP.
"Pemakai yang bergantung pada peralatan digital kian jemu dan kecewa dengan kondisi tekanan saat ini yang berkaitan dengan komputer, dan jelas sedang mencari cara yang lebih baik untuk menangani serta menguranginya," katanya.
Sebanyak 94 persen mereka yang ditanyai mengatakan mereka tergantung atas komputer dalam kehidupan pribadi mereka.
Hampir dua-pertiga pemakai komputer harus menghubungi pendukung teknis atau telah mengalami Sindrom Stres Komputer (CSS) dalam satu tahun belakangan, kata studi tersebut.
"Para pengguna menghadapi kondisi tantangan dan kecemasan teknis yang terus-menerus seperti memasang produk komputer baru, mengikuti bertambah-modernnya perangkat lunak dan pindah ke sistem operasi dan aplikasi baru, serta menghadapi penularan perangkat jahat, ancaman jejaring, pencurian identitas dan lain-lain," kata studi itu.
Empat-puluh persen pengguna komputer telah mengalami kerusakan sistem dalam satu tahun belakangan dan lebih separuh dari mereka dipaksa mengulurkan tangan untuk meminta bantuan guna memperbaiki gangguan teknis, kata Pew Center Research yang dikutip di dalam laporan tersebut.
"Karena semua itu sangat penting bagi kami, komputer adalah pedang bermata-dua," kata Murray Feingold, dokter AS yang bertugas mengerjakan studi itu.
"Ketika semuanya berfungsi secara layak, peralatan itu sangat luar biasa. Tetapi ketika ada kesalahan, kami jadi panik. Ini lah yang saya sebut Sindrom Stres Komputer," katanya.
Studi tersebut menyoroti betap penting membuat penggunaan peralatan modern tak terlalu menjengkelkan, kata wanita jurubicara dewan itu Liz Miller.
"kami kira sudah tiba waktunya bahwa banyak perusahaan teknologi ini benar-benar mulai memberi perhatian pada di mana pengguna komputer menghadapi tekanan dan kepedihan akan menciptakan pengalaman yang lebih baik," kata Miller. ( antaranews.com )
"Konsumen yang bergantung atas teknologi digital hari ini kian terbenam dan sedih terhadap masalah dan gangguan teknis dalam kehidupan mereka sehari-hari," demikian pernyataan kelompok pemikir industri komunikasi di dalam laporan yang berjudul "Combating Computer Stress Syndrome".
Laporan itu mengidentifikasi sumber kepedihan orang sebagai "peralatan dan komputer yang rumit dan mengecewakan, serta kegagalan teknis, serangan virus dan waktu menunggu yang lama untuk menyelesaian semua masalah pendukung".
Semua temuan dilandasi atas survei terhadap lebih dari 1.000 orang di Amerika Utara oleh Dewan Pengalaman Pelanggan yang diciptakan oleh ketua Dewan Pejabat Pemasaran untuk meneliti cara membuat pelanggan tetap senang di sektor komunikasi yang menghadapi persaingan ketat.
"Kenyataannya ialah banyak masalah yang terus berlangsung mengganggu sebagian besar pengguna komputer, sehingga menciptakan kecemasan dan penderitaan yang tak perlu," demikian temuan studi itu, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Prancis, AFP.
"Pemakai yang bergantung pada peralatan digital kian jemu dan kecewa dengan kondisi tekanan saat ini yang berkaitan dengan komputer, dan jelas sedang mencari cara yang lebih baik untuk menangani serta menguranginya," katanya.
Sebanyak 94 persen mereka yang ditanyai mengatakan mereka tergantung atas komputer dalam kehidupan pribadi mereka.
Hampir dua-pertiga pemakai komputer harus menghubungi pendukung teknis atau telah mengalami Sindrom Stres Komputer (CSS) dalam satu tahun belakangan, kata studi tersebut.
"Para pengguna menghadapi kondisi tantangan dan kecemasan teknis yang terus-menerus seperti memasang produk komputer baru, mengikuti bertambah-modernnya perangkat lunak dan pindah ke sistem operasi dan aplikasi baru, serta menghadapi penularan perangkat jahat, ancaman jejaring, pencurian identitas dan lain-lain," kata studi itu.
Empat-puluh persen pengguna komputer telah mengalami kerusakan sistem dalam satu tahun belakangan dan lebih separuh dari mereka dipaksa mengulurkan tangan untuk meminta bantuan guna memperbaiki gangguan teknis, kata Pew Center Research yang dikutip di dalam laporan tersebut.
"Karena semua itu sangat penting bagi kami, komputer adalah pedang bermata-dua," kata Murray Feingold, dokter AS yang bertugas mengerjakan studi itu.
"Ketika semuanya berfungsi secara layak, peralatan itu sangat luar biasa. Tetapi ketika ada kesalahan, kami jadi panik. Ini lah yang saya sebut Sindrom Stres Komputer," katanya.
Studi tersebut menyoroti betap penting membuat penggunaan peralatan modern tak terlalu menjengkelkan, kata wanita jurubicara dewan itu Liz Miller.
"kami kira sudah tiba waktunya bahwa banyak perusahaan teknologi ini benar-benar mulai memberi perhatian pada di mana pengguna komputer menghadapi tekanan dan kepedihan akan menciptakan pengalaman yang lebih baik," kata Miller. ( antaranews.com )
loading...
No comments:
Post a Comment