Penemuan Gerabah dan Kapak Perunggu Di Jayapura - Masyarakat di sekitar Kabupaten Jayapura berhasil menemukan gerabah dan kapak perunggu yang diduga berasal dari zaman prasejarah di lokasi yang berbeda.
Ketua Tim Peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, kepada ANTARA, Senin, mengakui, temuan pertama yakni gerabah yang diduga berasal dari masa sekitar 1.500 SM (sebelum masehi), ditemukan di Kampung Kalkote, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, saat dilakukan penggalian di kawasan itu.
Pecahan gerabah itu ditemukan warga Selasa lalu (27/4), kemudian dilaporkan ke distrik dan kemudian dilaporkan ke Balai Arkeologi Jayapura.
Dari hasil penelitian terungkap pecahan gerabah itu berasal dari zaman neulithikum dan dari referensi terungkap jenis serupa pernah ditemukan di Vanimo, Papua Nugini, tahun 1996.
Gerabah jenis "Lapita" itu penyebarannya di kawasan Pasifik dan Kepulauan Bismark.
Sedangkan "kapak perunggu" ditemukan Kwadeware, Distrik Waibu, diduga berasal dari masa 300 SM dan berasal dari Dong Son, Vietnam Utara.
Menurut Hari, kapak perunggu itu dibawa orang-orang ras Austronesia yang diduga menyebar di kawasan pesisir pantai utara Papua.
Namun, kata Hari, kapak tersebut tidak diserahkan ke Balai Arkeologi melainkan disimpan ondoafi Kwadeware.
Selain kedua peninggalan itu, para peneliti arkeologi juga berhasil menemukan gua zaman mesolithikum yang di dalamnya terdapat alat serpih yang biasa digunakan untuk memotong dan menguliti hewan hasil buruan.
Ditambahkan, alat serpih yang ditemukan di kawasan Ayapo, Distrik Sentani Timur dan Baborongko, Distrik Ebungfau, itu berusia sekitar 10 ribu SM dan berasal dari ras Austromelanesia.
Alat serpih itu sebelumnya pernah ditemukan di Fak fak, Provinsi Papua Barat tahun 1930 oleh peneliti asal Belanda, jelas Hari Suroto. ( antaranews.com )
Ketua Tim Peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, kepada ANTARA, Senin, mengakui, temuan pertama yakni gerabah yang diduga berasal dari masa sekitar 1.500 SM (sebelum masehi), ditemukan di Kampung Kalkote, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, saat dilakukan penggalian di kawasan itu.
Pecahan gerabah itu ditemukan warga Selasa lalu (27/4), kemudian dilaporkan ke distrik dan kemudian dilaporkan ke Balai Arkeologi Jayapura.
Dari hasil penelitian terungkap pecahan gerabah itu berasal dari zaman neulithikum dan dari referensi terungkap jenis serupa pernah ditemukan di Vanimo, Papua Nugini, tahun 1996.
Gerabah jenis "Lapita" itu penyebarannya di kawasan Pasifik dan Kepulauan Bismark.
Sedangkan "kapak perunggu" ditemukan Kwadeware, Distrik Waibu, diduga berasal dari masa 300 SM dan berasal dari Dong Son, Vietnam Utara.
Menurut Hari, kapak perunggu itu dibawa orang-orang ras Austronesia yang diduga menyebar di kawasan pesisir pantai utara Papua.
Namun, kata Hari, kapak tersebut tidak diserahkan ke Balai Arkeologi melainkan disimpan ondoafi Kwadeware.
Selain kedua peninggalan itu, para peneliti arkeologi juga berhasil menemukan gua zaman mesolithikum yang di dalamnya terdapat alat serpih yang biasa digunakan untuk memotong dan menguliti hewan hasil buruan.
Ditambahkan, alat serpih yang ditemukan di kawasan Ayapo, Distrik Sentani Timur dan Baborongko, Distrik Ebungfau, itu berusia sekitar 10 ribu SM dan berasal dari ras Austromelanesia.
Alat serpih itu sebelumnya pernah ditemukan di Fak fak, Provinsi Papua Barat tahun 1930 oleh peneliti asal Belanda, jelas Hari Suroto. ( antaranews.com )
loading...
No comments:
Post a Comment