Ketika Sri Mulyani Bicara Estetika - Boleh-boleh saja salah satu pentolan total football Johan Cruyff - selain Rinus Michels dan Frank Rijkaard - sejak era 1970-an mengerek panji estetika sepak bola, bahwa sepak bola intipatinya adalah chaos yang dikejar, diperebutkan, dikuasai dan dikontrol agar berbuah gol.
Keadaan chaos dijauhi manusia, karena manusia tidak ingin didekap alunan musik berirama dan serba teratur.
Di mata punggawa Belanda, chaos dihadapi, kalau perlu diciptakan, sebab dengan begitu chaos bisa dikuasai dan dikontrol.
Publik penggila bola pun berdecak kagum seraya berkata, "inilah sepak bola buah karya rasionalitas".
Semuanya diabdikan kepada Yang Indah dengan huruf besar. Boleh dibilang sepak bola Belanda menggarap realita lapangan yang chaotic dengan menyuguhkan ritme permainan dengan mengedepankan fantasi yang mengobarkan rasa keindahan.
Yang Indah, artinya mau bertanya mengenai apa yang dinamai dan dialami sebagai yang indah. Inilah yang disebut sebagai estetika sepak bola. Dan Sri Mulyani Indrawati menerapkan tiga rumus dasar estetika.
Bagi Mbak Ani - sapaan akrab Sri Mulyani - keindahan adalah tata harmoni dalam segala sesuatu yang terukur, merujuk kepada filsuf Plato dan Thomas Aquinas.
Kedua, keindahan merupakan kontemplasi dari Sang Indah dengan huruf besar
Ketiga, keindahan ditemukan dalam pengalaman manusia dengan mengarah kepada pendapat Aristoteles dan Thomas Aquinas.
Setelah menjalankan kontemplasi dalam hitungan hari demi hari, menyikapi sorot kasus bailout Bank Century bertubi-tubi, bahkan disebut-sebut sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas kebijakan itu, Sri Mulyani memilih melakoni tata harmoni dalam menjalankan laga kehidupan.
Ia memerankan estetika sepak bola dengan mengusung Yang Indah, karena ia memahami untuk memaknai "yang chaotic".
Lihat saja penampilannya yang boleh dibilang indah ketika memasuki lift saat tiba di Kantor Kementrian Keuangan, Jakarta, Rabu (5/8).
Mengenakan busana lengan panjang dan rok selutut, ia melipat kedua tangannya dan meletakannya di badan.
Bahasa tubuh ekpresif yang ingin mengatakan hukum besi dari estetika bahwa seni bukanlah semata benda, tetapi kata.
Ya, estetika adalah kata, karena itu nilai adalah sesuatu yang bersifat subyektif, terpulang kepada manusia yang menilainya.
Ketika estetika dibaca oleh Sri Mulyani, maka setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat memiliki nilai-nilainya sendiri yang disebut sebagai seni.
Puncak dari makna estetika itu, Bank Dunia memberi pernyataan bahwa ia ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana Grup Bank Dunia mulai 1 Juni 2010.
Bagaimana tidak bermakna estetis dan bernuansa ekspresif? Paling tidak ada dua momen yang membuktikan bahwa ia bersungguh-sungguh ingin mengurai segala peristiwa yang chaotic seputar kasus Century.
Pada 30 November 2009, ia berinisiatif memberikan keterangan kepada KPK terkait kasus Bank Century di Kantor Kementrian Keuangan.
Pada 11 Desember 2009, untuk kali kedua ia berinisiatif memberikan keterangan kepada KPK di Kantor Kementrian Keuangan.
Yang indah justru diucapkannya, sehari sesudah heboh pengunduran dirinya sebagai Menteri Keuangan.
"Nanti akan ada lebih 70 negara di bawah saya. Saya akan tetap bangga dan senang, Indonesia sebagai contoh reformasi (birokrasi), jadi (dapat) menunjukkan pada negara berkembang, bahwa reformasi bukan kasus di text book, itu realitas dan terjadi di negara kita ini, Indonesia," katanya dalam sambutan di Kanwil Ditjen Perbendaharaan, Jakarta, Kamis.
Yang juga indah dinyatakan oleh Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.
"Ia menteri keuangan yang baik dengan pengetahuan mendalam mengenai isu-isu pembangunan dan peran Bank Dunia," kata bos Bank Dunia itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengungkapkan Yang Indah dengan menyetujui pengunduran diri Menkeu Sri Mulyani.
"Terhadap ini semua, saya harus menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa sesungguhnya kita kehilangan salah satu menteri terbaik, menteri keuangan, karena harus berpindah tempat berada dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, kemudian bertugas atau mengabdi di Bank Dunia," kata presiden.
Sisi estetika dari pernyataan-pernyataan itu merujuk kepada Yang indah dari laga kehidupan: ya, kita harus hidup tanpa utopia lagi.
Tinggalkan segala utopia tentang segala kesempurnaan. Kaum utopis sebaiknya bercermin, impian mereka berakhir dengan kepedihan dan kesuraman. Utopia tidak dapat membuat manusia berkembang.
Sri Mulyani paham betul bahwa utopia berakhir sia-sia, absurd. Yang oke, ia meramu estetika dan total footbal sebagai bagaimana membela dan mempertahankan lini belakang, dan mencoba menarik kemenangan dengan melakukan serangan balik ke jantung pertahanan lawan.
Estetika bola, baginya, ialah melahirkan keteraturan (self organization), yang justru menjadi label dari sepak bola Belanda dengan total football-nya.
Mbak Ani "belajar" dari Michels bahwa serangan dalam laga bola dibangun dari lini belakang. Mbak Ani juga berguru dari Cruyff bahwa serangan perlu diekstremkan dengan dikerahkan dari segala lini.
Post scriptum, berangkat dari heboh seputar Mbak Ani, utopia boleh tiada, tetapi rasanya utopia tidak boleh mati dalam sepak bola.
Sesungguhnya, chaos masih dapat dikontrol menjadi keteraturan, organisasi diri dan keindahan.
Sri Mulyani Indrawati, begitu namanya. Di mata estetika, ia mendekonstruksi seni. Seni bukan semata meniru alam (mimesis), tetapi menciptakan kualitasnya sendiri.
Dan politik adalah seni. (*) yang mengacu kepada filsuf Plato, Plotinos dan Agustinus. ( antaranews.com )
loading...
No comments:
Post a Comment