Smartphone dan Jejaring Sosial ; Sebuah Analisis Stategies. Sebuah smartphone akan sukses jika mampu menyajikan kemudahan akses fitur yang paling sering dimanfaatkan pengguna. Selain jejaring sosial, pengguna smartphone juga perlu IM, internet, dan multimedia.
Popularitas jejaring sosial mendorong para produsen smartphone merilis smartphone jejaring sosial. Para produsen berharap, kehadiran smartphone jejaring sosial dapat mendongkrak volume penjualan produk sehingga pangsa pasar masing-masing produsen pun meningkat. Namun demikian, survei firma riset Canalys Ltd menemukan, pengguna smartphone sesungguhnya tidak suka mengakses jejaring sosial menggunakan smartphone. Alasannya, smartphone tidak mampu menyuguhkan fitur jejaring sosial selengkap komputer.
"Produsen harus memahami, sukses ditentukan oleh kemampuan smartphone dalam menyajikan kemudahan akses fitur jejaring sosial yang paling sering dimanfaatkan pengguna," ujar Senior Analyst Canalys Ltd Pete Cunningham.
Untuk mendongkrak daya saing smartphone jejaring sosial, Canalys menegaskan, produsen harus mampu menyajikan lebih banyak fungsi pada produk masing-masing. Canalys mengungkapkan, fungsi paling penting pada smartphone adalah instant messaging (IM), web browsing, dan multimedia seperti musik, video, dan game.
Karena itu, Canalys menilai, Microsoft Corp memiliki peluang kecil untuk sukses di pasar smartphone global karena smartphone-smartphone pertama Microsoft, yaitu KIN One dan KIN Two, hanya mengandalkan fungsi jejaring sosial dan musik, tetapi tidak mempunyai game dan IM. Handset KIN diproduksi Sharp Corp. Sedangkan sistem operasi smartphone tersebut, tentu saja, adalah Windows Phone, alias sistem operasi andalan Microsoft di pasar smartphone global.
Microsoft berencana mulai memasarkan KIN di Amerika Serikat pada Mei 2010, bekerja sama dengan operator seluler setempat, yakni Verizon Wireless Inc. PC World melaporkan, KIN juga tidak mendukung aplikasi klien IM (instant messaging) apa pun. Ini merupakan ironi besar pada KIN. Sebab sebagai smartphone jejaring sosial, KIN seharusnya mendukung sebanyak mungkin aplikasi klien IM. Lebih dari itu, Information Week menambahkan, KIN juga tidak mendukung layanan videosharing, termasuk layanan videosharing terbesar dunia YouTube.
Alhasil, daya saing KIN pun turun apabila dibandingkan dengan smartphone-smartphone pesaing. Namun ketika produsen smartphone memperbanyak fitur akses konten multimedia, maka dilemma pun muncul. Survei produsen teknologi seluler Airvana Inc mengungkap, akses multimedia melalui smartphone ternyata sangat membebani membebani jaringan internet seluler yang disediakan para operator. Airvana menjelaskan, sebuah smartphone secara individual memang hanya mengonsumsi satu per dua puluh lima bandwidth yang biasa dikonsumsi sebuah notebook.
Namun begitu, karena penggunaan internet seluler lebih banyak dilakukan dengan smartphone, daripada notebook, maka smartphone pun memberikan beban lebih besar kepada jaringan internet seluler. Airvana mengakui, akses internet seluler melalui smartphone di masing-masing negara di dunia memang bervariasi. Namun pada sejumlah kasus, jaringan internet seluler operator tertentu mengalami kelebihan beban hingga delapan kali lipat akibat akses internet seluler oleh smartphone.
"Dulu orang beranggapan notebook menjadi pemangsa terbesar sumber daya jaringan internet seluler. Tetapi sekarang industri mulai paham bahwa smartphone berdampak signifikan terhadap kinerja jaringan internet seluler," ujar Vice President Airvana Inc David Nowicki. Bedasarkan survei tersebut, Airvana mengimbau para operator seluler meningkatkan kapasitas jaringan internet. Jika tidak, maka layanan mereka akan memburuk karena akses internet seluler menjadi semakin lambat.
Apalagi, Airvana memperingatkan, penggunaan smartphone untuk akses internet seluler akan terus meningkat. Mengutip data iSuppli Corp,Airvana menyatakan, penjualan smartphone global akan mencapai volume 240 juta unit pada 2013, melonjak dari 200 juta unit pada 2009. Laporan terpisah dari firma riset International Data Corp (IDC) mendukung imbauan Airvana. IDC mengungkapkan, jumlah pengguna internet di dunia pada 2009 siap melampaui 1,6 miliar orang, alias lebih dari seperempat jumlah populasi Bumi.
IDC memperkirakan, jumlah itu akan terus bertambah sehingga pada 2013 pengguna internet di dunia akan menembus angka 2,2 miliar orang, alias lebih dari sepertiga populasi Bumi. IDC mencermati, jumlah pengguna internet di dunia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir berkat kehadiran teknologi internet seluler. Jumlah pengguna internet seluler sendiri di dunia pada 2009 diperkirakan mencapai lebih dari 450 juta orang. IDC memperkirakan, jumlah itu akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada akhir 2013.
"Jumlah pengguna internet seluler benar-benar meledak dalam beberapa tahun terakhir. Berkat peningkatan ketersediaan informasi dan layanan, internet seluler telah mengubah kehidupan pribadi maupun profesional dari penduduk Bumi," ujar Chief Research Officer IDC John Gantz. IDC mengungkapkan, penggunaan internet seluler bertumbuh lebih pesat daripada internet kabel karena internet seluler memang memungkinkan pengguna mengakses informasi di mana pun berada, tanpa harus menghubungkan gadget-gadget mereka ke kabel.
"Dalam beberapa tahun mendatang, cara manusia berinteraksi dengan internet akan benar-benar berubah.Ketika manusia semakin menyatu dengan internet, maka batas antara kehidupan pribadi dan kehidupan profesional akan semakin kabur karena orang bisa bekerja di mana saja," tutur Gantz.
IDC menegaskan, penduduk Bumi pun semakin agresif mengadopsi internet seluler karena biaya layanan internet seluler dan harga gadget-gadget bergerak pengakses internet, seperti ponsel, smartphone, notebook, netbook,dan tentu saja modem internet seluler, semakin lama menjadi semakin terjangkau oleh kemampuan finansial sebagian besar konsumen.
Alhasil, IDC memprediksi, dalam empat tahun mendatang jumlah gadget bergerak yang mampu mengakses internet seluler di dunia akan melampaui angka satu miliar unit. Gadget-gadget tersebut sebagian besar digunakan untuk mencari informasi, mengakses hiburan, serta berkomunikasi secara digital. Lebih dari itu, kalangan usaha juga akan semakin banyak memanfaatkan internet seluler untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Firma riset Gartner Inc menambahkan, suplai bandwidth internet seluler di dunia pada saat ini sesungguhnya masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan.Gartner menjelaskan, pada saat ini jaringan internet seluler masih berjalan normal karena tidak semua pengguna internet seluler menggunakan layanan tersebut secara bersamaan. Gartner memperingatkan, jika suatu saat terjadi wabah penyakit menular yang berbahaya di dunia sehingga orang takut pergi ke luar rumah dan mengandalkan akses internet dari jaringan seluler untuk bekerja, maka jaringan internet seluler di dunia niscaya akan tumbang.
"Sebagian besar operator seluler di dunia mengklaim siap menampung lonjakan 40 persen lalu lintas data internet seluler. Kapasitas cadangan itu sesungguhnya terlalu kecil untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan apabila ada wabah berbahaya menyerang dunia," papar Managing Vice President Gartner Inc Eric Paulak. (
No comments:
Post a Comment