Menunggu Kesadaran Anti Rokok - Setiap tanggal 7 April, Badan Kesehatan Dunia memperingati Hari Kesehatan Internasional. Sejauh mana pengaruhnya bagi para perokok yang acapkali disebut "ahli hisab" dalam memperhatikan rambu-rambu agar tetap terjaga dari kesehatannya.
Peraturan Daerah untuk kawasan bebas merokok memang telah dikeluarkan, namun di sejumlah tempat, seperti di perkantoran dan rumah sakit masih sering `kita` jumpai para ahli hisab yang melakukan aktivitas merokok dengan santai.
Kondisi tersebut dibenarkan oleh salah seorang perokok aktif yang berprofesi di bidang multimedia bernama Joko Supriatno.
Ia mengaku bahwa ketika pola pemikiran atau mind set perokok melekat pada diri seseorang, maka keinginan untuk terus merokok akan terus dilakukan.
"Seorang perokok pasti tahu bahayanya merokok, akan tetapi kebiasaan merokok itu dianggapnya sebagai sebuah kebiasaan yang sudah menjadi perilaku yang tidak bisa dihentikan," katanya.
Menunggu Kesadaran Anti Rokok
Sebagai seorang perokok, Joko mengaku pernah mencoba untuk berhenti merokok. Selama tujuh bulan, ia berhasil tanpa menghisap sebatang pun. Namun memasuki bulan ke delapan, ia mengaku kembali merokok karena tidak kuat.
Ungkapan yang dilontarkan oleh Joko itu, dipahami oleh Ketua Bagian Paru, RSUD Dr.Soetomo Surabaya, dr. H. Slamet Hariadi Z.,Sp.P (K), sebagai tantangan dalam penyembuhan merokok.
Ia mengatakan untuk menghentikan merokok ada lima tahap, yaitu ask (meminta), advise (memberi saran), asses (menaksir), arrange (menyusun) dan recovery (penyembuhan).
Dalam ask, ketika si perokok datang kepada penasihat atau seorang dokter paru, maka si dokter akan bertanya berapa jumlah tembakau atau rokok yang dia hisap setiap hari yang kemudian akan dikaitkan dengan gejala si pasien.
"Jadi ketika seorang perokok datang ke saya, maka saya akan menghubungkan gejala batuk atau pilek dengan jumlah tembakau yang dihisapnya setiap hari. Dengan begitu akan lebih mudah untuk mengingatkan si pasien agar mengurangi konsumsi rokoknya," katanya menjelaskan.
Tahap kedua adalah advise atau memberi saran kepada si perokok dengan cara menasihati bahwa merokok merupakan salah satu cara terburuk terhadap kesehatan di masa depan.
Ketiga, asses atau menaksir dalam kondisi ini penderita harus tahu kapan waktu berhenti merokok, meskipun hak tersebut tidak bisa dipastikan dengan tepat waktu.
Tahap keempat, arrange atau menyusun dalam membimbing pasien untuk membuat rencana terhadap gejala yang timbul jika dia berhenti merokok.
Kelima adlah tahap recovery atau penyembuhan tersebut dikatakan dokter Slamet membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak cukup efektif. Contohnya ketika si perokok masih tetap gagal untuk berhenti merokok, maka harus dimulai lagi mulai dari awal.
Selain itu sulitnya membuat perokok berhenti merokok juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang terbentuk pada si perokok itu sendiri.
Di beberapa negara maju bahkan negara Islam, rokok sudah menjadi sesuatu yang harus dihindari. Bahkan Makkah dan Madinah sejak sepuluh tahun yang lalu telah memfatwakan haram terhadap rokok, karena bisa merusak organ-organ tubuh akibat zat-zat kimia beracun yang terkandung di setiap bagian rokok.
Dalam setiap satu batang rokok setidaknya ada 4.000 zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kerusakan tubuh dalam jangka waktu panjang.
Ke-4.000 zat kimia tersebut, antara lain adalah nicotine, yaar, naptalin dan karbon monoksida yang biasanya dikeluarkan oleh asap kendaraan bermotor.
Karbon monoksida yang terdapat di setiap batang rokok 2,7 persen lebih banyak dibandingkan yang terdapat pada knalpot kendaraan bermotor, yaitu sebesar 3,2 persen.
Selain itu, karbon monoksida pada sebatang rokok mempunyai ikatan dengan hemoglobin 203 kali lebih banyak dibandingkan ikatan hemoglobin dengan oksigen yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, pembekuaan daran, gangguan serangan jantung, dan problem mental.
Sementara itu, 95 persen penyebab utama terjadinya kanker paru-paru pada rokok adalah kandungan tarr.
Dokter Slamet juga mengatakan, seorang perokok aktif yang menghabiskan rokok setiap satu pak per hari mempunyai kandungan tarr dalam tubuh sebanyak 225 gram per tahun.
Selain itu, berbahaya bagi diri sendiri, aktivitas merokok juga berbahaya terhadap orang yang ada disekitarnya.
Dokter yang juga turut menjadi tim pemeriksa kesehatan calon dan wakil presiden pada pemilu 2004 tersebut, mengatakan seorang bapak bisa memberikan dampak buruk terhadap istri dan anaknya karena mengeluarkan side stream atau gas buruk yang dibuang oleh si perokok pada saat melakukan aktivitas rokok.
Oleh karena itu, di beberapa negara maju aktivitas merokok mulai dibatasi dengan cara memberlakukan harga tinggi pada rokok ataupun dengan menyediakan tempat khusus bagi perokok.
"Di sebuah tempat bekerja yang bebas rokok, bisa mengurangi 3,8 persen perokok. Namun, bila semua tempat dijadikan tempat bebas merokok maka secara nasional bisa menurunkan konsumsi perkapita hingga 4,5 persen," kata dokter Slamet Hariyadi.
Berkurangnya pendapatan per kapitan suatu negara yang disebabkan semakin banyaknya tempat-tempat bebas merokok, maka justru akan menurunkan keuntungan setiap perusahaan rokok sebanyak 1,7 juta dolar per tahun.
Industri senja
Turunnya keuntungan yang didapat oleh perusahaan rokok, membuat industri rokok dikatakan sebagai sebuah industri senja yang sudah mulai mengalami kemunduran.
Setidaknya demikian yang dikatakan oleh salah satu mahasiswa program doktor bidang Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Judy Djoko Wahjono Tjahjo, S.E.,M.Si.
"Karena rokok semakin dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari maka secara berkala konsumsi masyarakat terhadap rokok akan semakin dikurangi sehingga mengakibatkan semakin berkurangnya keuntungan yang akan diraih oleh perusahaan. Dan tidak mustahil jika di masa depan industri rokok akan mengalami kemunduran," katanya mengungkapkan.
Kondisi di atas, saat ini telah dialami oleh perusahaan-perusahaan rokok di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura yang menjual harga rokok di atas normal.
Sementara di Indonesia, menurut dia, kondisi di atas masih akan berlangsung lama karena masih banyak variabel yang berpengaruh, seperti banyaknya penjualan rokok murah dan pola pikir masyarakat Indonesia yang masih menganggap rokok bukan sebagai sesuatu yang buruk bagi kesehatan.
Ia juga mengatakan bahwa meskipun pemerintah gencar melakukan penekanan terhadap jumlah perokok, namun kegigihan perusahaan rokok untuk terus melakukan aksi penjualan rokoknya semakin meningkat.
"Perusahaan rokok tidak mau kalah begitu saja, jika rokok tidak bisa diiklankan di perguruan tinggi, maka ia bisa melakukan iklan melalui televisi, bilboard hingga mengeluarkan varian baru dari rokok," katanya.
Jenis produk terbaru yang dikeluarkan perusahaan rokok mulai dari rokok yang mempunyai kandungan nikotin rendah Taar rendah, aroma lebih segar, atau slim.
Jadi meskipun peraturan daerah (perda) terkait kawasan bebas rokok mulai digencarkan di Indonesia, kecenderungan perusahaan rokok untuk mundur tergantung dari variabel penekannya.
"Jika variabel penekan semakin tinggi, maka industri akan mengalami penurunan, namun jika variabel rendah maka industri akan semakin mengalami peningkatan," katanya.
Akankah kesadaran para perokok dapat "memasyarakat", sehingga bersedia berhenti merokok demi menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungannya? (ANTARA News)
Peraturan Daerah untuk kawasan bebas merokok memang telah dikeluarkan, namun di sejumlah tempat, seperti di perkantoran dan rumah sakit masih sering `kita` jumpai para ahli hisab yang melakukan aktivitas merokok dengan santai.
Kondisi tersebut dibenarkan oleh salah seorang perokok aktif yang berprofesi di bidang multimedia bernama Joko Supriatno.
Ia mengaku bahwa ketika pola pemikiran atau mind set perokok melekat pada diri seseorang, maka keinginan untuk terus merokok akan terus dilakukan.
"Seorang perokok pasti tahu bahayanya merokok, akan tetapi kebiasaan merokok itu dianggapnya sebagai sebuah kebiasaan yang sudah menjadi perilaku yang tidak bisa dihentikan," katanya.
Menunggu Kesadaran Anti Rokok
Sebagai seorang perokok, Joko mengaku pernah mencoba untuk berhenti merokok. Selama tujuh bulan, ia berhasil tanpa menghisap sebatang pun. Namun memasuki bulan ke delapan, ia mengaku kembali merokok karena tidak kuat.
Ungkapan yang dilontarkan oleh Joko itu, dipahami oleh Ketua Bagian Paru, RSUD Dr.Soetomo Surabaya, dr. H. Slamet Hariadi Z.,Sp.P (K), sebagai tantangan dalam penyembuhan merokok.
Ia mengatakan untuk menghentikan merokok ada lima tahap, yaitu ask (meminta), advise (memberi saran), asses (menaksir), arrange (menyusun) dan recovery (penyembuhan).
Dalam ask, ketika si perokok datang kepada penasihat atau seorang dokter paru, maka si dokter akan bertanya berapa jumlah tembakau atau rokok yang dia hisap setiap hari yang kemudian akan dikaitkan dengan gejala si pasien.
"Jadi ketika seorang perokok datang ke saya, maka saya akan menghubungkan gejala batuk atau pilek dengan jumlah tembakau yang dihisapnya setiap hari. Dengan begitu akan lebih mudah untuk mengingatkan si pasien agar mengurangi konsumsi rokoknya," katanya menjelaskan.
Tahap kedua adalah advise atau memberi saran kepada si perokok dengan cara menasihati bahwa merokok merupakan salah satu cara terburuk terhadap kesehatan di masa depan.
Ketiga, asses atau menaksir dalam kondisi ini penderita harus tahu kapan waktu berhenti merokok, meskipun hak tersebut tidak bisa dipastikan dengan tepat waktu.
Tahap keempat, arrange atau menyusun dalam membimbing pasien untuk membuat rencana terhadap gejala yang timbul jika dia berhenti merokok.
Kelima adlah tahap recovery atau penyembuhan tersebut dikatakan dokter Slamet membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak cukup efektif. Contohnya ketika si perokok masih tetap gagal untuk berhenti merokok, maka harus dimulai lagi mulai dari awal.
Selain itu sulitnya membuat perokok berhenti merokok juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang terbentuk pada si perokok itu sendiri.
Di beberapa negara maju bahkan negara Islam, rokok sudah menjadi sesuatu yang harus dihindari. Bahkan Makkah dan Madinah sejak sepuluh tahun yang lalu telah memfatwakan haram terhadap rokok, karena bisa merusak organ-organ tubuh akibat zat-zat kimia beracun yang terkandung di setiap bagian rokok.
Dalam setiap satu batang rokok setidaknya ada 4.000 zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kerusakan tubuh dalam jangka waktu panjang.
Ke-4.000 zat kimia tersebut, antara lain adalah nicotine, yaar, naptalin dan karbon monoksida yang biasanya dikeluarkan oleh asap kendaraan bermotor.
Karbon monoksida yang terdapat di setiap batang rokok 2,7 persen lebih banyak dibandingkan yang terdapat pada knalpot kendaraan bermotor, yaitu sebesar 3,2 persen.
Selain itu, karbon monoksida pada sebatang rokok mempunyai ikatan dengan hemoglobin 203 kali lebih banyak dibandingkan ikatan hemoglobin dengan oksigen yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, pembekuaan daran, gangguan serangan jantung, dan problem mental.
Sementara itu, 95 persen penyebab utama terjadinya kanker paru-paru pada rokok adalah kandungan tarr.
Dokter Slamet juga mengatakan, seorang perokok aktif yang menghabiskan rokok setiap satu pak per hari mempunyai kandungan tarr dalam tubuh sebanyak 225 gram per tahun.
Selain itu, berbahaya bagi diri sendiri, aktivitas merokok juga berbahaya terhadap orang yang ada disekitarnya.
Dokter yang juga turut menjadi tim pemeriksa kesehatan calon dan wakil presiden pada pemilu 2004 tersebut, mengatakan seorang bapak bisa memberikan dampak buruk terhadap istri dan anaknya karena mengeluarkan side stream atau gas buruk yang dibuang oleh si perokok pada saat melakukan aktivitas rokok.
Oleh karena itu, di beberapa negara maju aktivitas merokok mulai dibatasi dengan cara memberlakukan harga tinggi pada rokok ataupun dengan menyediakan tempat khusus bagi perokok.
"Di sebuah tempat bekerja yang bebas rokok, bisa mengurangi 3,8 persen perokok. Namun, bila semua tempat dijadikan tempat bebas merokok maka secara nasional bisa menurunkan konsumsi perkapita hingga 4,5 persen," kata dokter Slamet Hariyadi.
Berkurangnya pendapatan per kapitan suatu negara yang disebabkan semakin banyaknya tempat-tempat bebas merokok, maka justru akan menurunkan keuntungan setiap perusahaan rokok sebanyak 1,7 juta dolar per tahun.
Industri senja
Turunnya keuntungan yang didapat oleh perusahaan rokok, membuat industri rokok dikatakan sebagai sebuah industri senja yang sudah mulai mengalami kemunduran.
Setidaknya demikian yang dikatakan oleh salah satu mahasiswa program doktor bidang Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Judy Djoko Wahjono Tjahjo, S.E.,M.Si.
"Karena rokok semakin dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari maka secara berkala konsumsi masyarakat terhadap rokok akan semakin dikurangi sehingga mengakibatkan semakin berkurangnya keuntungan yang akan diraih oleh perusahaan. Dan tidak mustahil jika di masa depan industri rokok akan mengalami kemunduran," katanya mengungkapkan.
Kondisi di atas, saat ini telah dialami oleh perusahaan-perusahaan rokok di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura yang menjual harga rokok di atas normal.
Sementara di Indonesia, menurut dia, kondisi di atas masih akan berlangsung lama karena masih banyak variabel yang berpengaruh, seperti banyaknya penjualan rokok murah dan pola pikir masyarakat Indonesia yang masih menganggap rokok bukan sebagai sesuatu yang buruk bagi kesehatan.
Ia juga mengatakan bahwa meskipun pemerintah gencar melakukan penekanan terhadap jumlah perokok, namun kegigihan perusahaan rokok untuk terus melakukan aksi penjualan rokoknya semakin meningkat.
"Perusahaan rokok tidak mau kalah begitu saja, jika rokok tidak bisa diiklankan di perguruan tinggi, maka ia bisa melakukan iklan melalui televisi, bilboard hingga mengeluarkan varian baru dari rokok," katanya.
Jenis produk terbaru yang dikeluarkan perusahaan rokok mulai dari rokok yang mempunyai kandungan nikotin rendah Taar rendah, aroma lebih segar, atau slim.
Jadi meskipun peraturan daerah (perda) terkait kawasan bebas rokok mulai digencarkan di Indonesia, kecenderungan perusahaan rokok untuk mundur tergantung dari variabel penekannya.
"Jika variabel penekan semakin tinggi, maka industri akan mengalami penurunan, namun jika variabel rendah maka industri akan semakin mengalami peningkatan," katanya.
Akankah kesadaran para perokok dapat "memasyarakat", sehingga bersedia berhenti merokok demi menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungannya? (ANTARA News)
loading...
No comments:
Post a Comment