Bayi Lahir Besar, Resiko Dan Permasalahannya

Bayi Lahir Besar, Resiko Dan Permasalahannya - Wajar saja bila saat hamil berat badan ibu terus bertambah. Tetapi, apakah kenaikan berat badan Anda masih dalam taraf normal? Waspadai bayi dalam kandungan Anda lahir besar!

Jika Anda tengah hamil saat ini, rutinlah menimbang berat badan. Apakah masih dalam batas normal? Sejatinya tak ada patokan baku perihal berapa seharusnya kenaikan bobot ibu semasa hamil. Dengan kata lain, setiap ibu hamil (bumil) dapat mengalami kenaikan berbeda-beda.


http://cdn2.astaga.com/sites/default/files/gambar/bayi_gemuk.jpg


Menurut dr. Reza Tigor Manurung, SpOG, spesialis obgyn dan ginekologi Eka Hospital BSD, rata-rata kenaikan berat badan bumil yang normal adalah antara 11-15 kilogram.

“Namun untuk bumil yang sudah gemuk sebelumnya, atau cenderung mengalami obesitas, diharapkan kenaikannya tidak lebih dari 9 kilogram,” jelasnya.


Makrosomia atau Bayi Lahir Besar

Sebenarnya, tidak ada sebutan obesitas untuk bayi yang masih berada dalam kandungan. Istilah kedokteran untuk bayi besar adalah makrosomia, yaitu ukuran bayi lahir lebih besar dari rata-rata.

Apakah bayi yang ada dalam kandungan Anda makrosomia? Dr. Reza akan menjelaskan lebih detail tentang kondisi ini.

Deteksi makrosomia dapat dilakukan saat minggu-minggu terakhir kehamilan, dengan cara USG. Tetapi keakuratannya tidak 100% karena USG hanya mengukur bayi dari lingkar kepala dan perutnya.

Menurut dr. Reza, kadang saat USG bayi terlihat kecil, tetapi ternyata saat lahir ukurannya besar.

“Hasil USG rata-rata 10% bisa meleset. Tetapi semakin besar ukuran bayi, kemungkinan tidak akuratnya juga menjadi lebih besar,” kata dr. Reza.

Misalnya hasil USG menunjukkan bobot bayi 4 kilogram, ternyata berat ketika lahir adalah 3,6 kilogram. Atau, saat dilakukan USG berat bayi 3,8 kilogram, ternyata lahir dengan bobot 4,2 kilogram atau bahkan 4,6 kilogram.

Berat rata-rata bayi normal yang lahir cukup bulan adalah sekitar 3 kilogram. Kurang dari 2,5 kilogram dapat dikatakan bahwa bayi lahir kekurangan berat badan.

Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi yang lahir kurang bulan. Sedangkan bila berat bayi lebih dari 4 kilogram, maka ia sudah termasuk kategori makrosomia atau bayi lahir besar.

Terdapat tiga faktor utama yang dapat menyebabkan bayi dalam kandungan berukuran besar. Pertama, faktor genetik. Kedua, kenaikan berat badan ibu yang terlalu banyak. Dan yang ketiga adalah si ibu menderita penyakit, seperti diabetes mellitus.

Kandungan gula dalam darah si ibulah yang dapat menyebabkan bayi menjadi besar. Asupan karbohidrat atau glukosa yang tinggi dalam tubuh ibu akan berimbas sama pada si bayi, karena ia menyimpan gula itu dalam bentuk lemak.


Risiko Bayi Lahir Besar

Bayi yang berukuran besar akan memiliki risiko persalinan yang tinggi, baik pada si Ibu maupun dirinya sendiri.

Bayi yang terlalu besar di dalam kandungan, akan menimbulkan kesulitan pada proses persalinan.

“Apalagi ketika bagian bahu akan keluar, bila bayi terlalu besar maka akan terjadi kesulitan dalam mengeluarkan bahu janin,” ungkap dr. Reza.

Selain pada bayi, risiko terjadinya cedera jalan lahir dan perdarahan bagi si ibu akan meningkat, karena kesulitan saat melahirkan.

Setelah dilahirkan, bayi makrosomia juga berisiko mengalami masalah metabolik, seperti rendahnya kadar gula darah dan ketidak seimbangan elektrolit.

“Jadi memang risiko pada makrosomia bisa terjadi pada saat persalinan dan juga saat bayi baru lahir,” dr. Reza menjelaskan.

Risiko jangka panjang juga mungkin akan dialami oleh bayi yang lahir besar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir besar cenderung menderita obesitas pada saat dewasa.


Pencegahan Bayi Lahir Besar

Terdapat tiga penyebab bayi makrosomia. Penyebab pertama adalah faktor genetik. Kedua, faktor dari ibu yang mengalami obesitas sehingga menyebabkan asupan nutrisi berlebihan. Ketiga, si ibu memang menderita penyakit kencing manis.

Faktor genetik, memang sulit untuk dicegah. Sedangkan, bila si ibu mengalami obesitas, pada saat sebelum hamil ia dapat melakukan langkah antisipasi dengan mengurangi berat badannya hingga dalam batas normal, sesuai dengan BMI (Body Index Mass).

Untuk mengatur kenaikan berat badan saat hamil, ibu dapat berkonsultasi dengan dokter gizi, sehingga dapat mengetahui komposisi kalori yang dibutuhkan, agar kelak pada saat hamil, kenaikan berat badannya tidak terlalu banyak.

Bila si ibu menderita kecing manis, maka yang dapat dilakukan sebelum kehamilan adalah, mengobati terlebih dahulu penyakit yang diidapnya tersebut.

Setelah penyakitnya dapat disembuhkan, barulah ia diperbolehkan untuk mengandung. Bila sulit, maka dapat juga dilakukan kontrol gula darahnya secara teratur, selama masa kehamilan si ibu.

Pada dasarnya, cara yang paling tepat untuk menghindari kemungkinan bayi makrosomia adalah dengan mengontrol kenaikan berat badan ibu. Pendapat atau nasihat yang mengatakan bahwa ibu hamil harus makan dua kali lebih banyak karena harus memenuhi kebutuhan asupan untuk 2 orang, adalah kurang tepat. Sebenarnya kebutuhan kalori pada saat hamil hanya meningkat sedikit.

Sementara itu makrosomia bisa terjadi pada ibu yang memang obesitas, atau kenaikan berat badannya terlalu drastis. ( astaga.com )

loading...

This article may also you need...!!!




No comments:

Post a Comment