Misteri Klitoris dan Orgasme

Misteri Klitoris dan Orgasme. Berhubungan sex atau berhubungan badan dengan pasanganya yang berlawanan jenis tentunya merupakan kebutuhan normal bagi setiap manusia yang normal. Untuk itulah tuhan mewajibkan kepada hambanya untuk menikah apabila sudah mempunyai kesanggupan. Bukan jeruk makan jeruk yang terlarang dilakukan oleh binatang sekali pun. Apalagi manusia.

Namun demikian tak banyak pria yang menyadari misteri yang ada antara klitoris dan orgasme bagi wanita. Pria kerap memusatkan perhatiannya pada hubungan badan semata. Padahal, rangsangan pada bagian intim tersebut sangat menentukan kepuasan bagi pasangan. Ya, rangsangan di klitoris sangat menentukan orgasme.

Pemahaman ini makin penting terutama untuk Anda yang terjebak dengan fantasi semu yang sering digambarkan dalam video-video porno. Pada umumnya, video porno menggambarkan bagaimana seorang wanita bisa mencapai orgasme berkali-kali, segera setelah penetrasi terjadi, hanya dengan hubungan langsung bersama prianya.

Kenyataan yang sesungguhnya, seorang wanita perlu rangsangan di daerah klitoris untuk mencapai orgasme. Bagian alat kelamin wanita yang berada di ujung labia minora (katup dalam vagina) ini tersusun dari jaringan yang sangat peka terhadap sentuhan. Untuk merangsang wilayah ini, pria bisa menggunakan jari tangannya, ujung alat kelaminnya, atau dengan lidahnya jika terbiasa melakukan oral seks. Jika terangsang, klitoris akan menegang seperti halnya penis dengan ukuran yang hanya sebesar biji kacang.

Video porno umumnya tidak menempatkan proses ini secara proporsional karena mengutamakan tampilan erotis. Dalam buku A New Look at Sex yang diterbitkan Society for Human Sexuality secara online diakui bahwa sebagian orang tahu bahwa apa yang digambarkan dalam video porno hanya sebatas fantasi. Sayangnya, mereka punya kecenderungan meniru, dan ingin memperoleh kepuasan yang sama seperti yang dilihatnya.

Jadi, jangan terjebak video porno karena sudah dapat dipastikan Anda akan kecewa jika apa yang diharapkan tidak benar-benar terjadi. Dengan mengetahui kebutuhan pasangannya, pria akan membantu pasangannya menikmati orgasme bahkan melalui tahap-tahap untuk meraihnya bersama-sama.

Kekuatan Sperma

Sperma bersifat hiperaktif ketika menemukan sasaran sel telur yang akan dibuahinya. Sel-sel tersebut berenang lebih cepat dan ekornya bergerak lebih kuat. Perilaku sperma yang hiperaktif itu berhubungan dengan adanya protein pada ekornya.

Sebuah penelitian menujukkan bahwa ekor sperma yang bentuknya mirip seperti cambuk dipenuhi dengan protein CatSper1. Protein tersebut hanya dapat ditembus oleh ion kalsium. Pada penelitian lain, diketahui juga bahwa sifat hiperaktif sperma berhubungan dengan aliran kalsium yang sangat besar di bagian ekornya.

Ekor sperma atau flagellum berputar seperti baling-baling yang akan mendorong gerakan sperma ke depan. Dengan menggunakan teknik rekaman sel, para peneliti memastikan bahwa CatSper1 berperan untuk mengatur aliran kalsium ke ekor sperma. Pasokan kalsium tersebut menyebabkan ekor sperma berputar semakin cepat dan ke segala arah sehingga sperma dapat bergerak lebih kuat di lingkungan yang berair.

Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa kekurangan CatSper1 menyebabkan sperma tidak mampu mencapai kondisi hiperaktif yang diperlukan untuk menembus dinding sel telur. Padahal untuk membuahi inti sel, sperma harus menembus penghalang pertama (sel cumulus) yang membungkus bagian terluar dari sel telur. Penghalang berikutnya yaitu suatu membran yang disebut zona pellucida.

Jika satu sperma berhasil mencapai zona pellucida, sperma itu akan mengeluarkan enzim untuk membuka membran. Meskipun demikian, sperma masih belum mampu menembus dinding sel telur untuk mencapai intinya. Jika sperma tidak hiperaktif saat mencapai zona pellucida, sperma tetap tidak bisa menembus dinding sel telur.

Adanya kerusakan CatSpert1 menghentikan pembuahan di dalam tubuh tikus. Karena sperma manusia memiliki sifat yang mirip dengan sperma tikus, hal tersebut kemungkinan besar juga berlaku pada manusia. Dengan mengetahui sifat-sifat itu, protein yang bertanggung jawab dalam proses pembuahan mungkin dapat dijadikan target kontrasepsi. Suatu saat, mungkin dapat diproduksi pil KB yang menghambat kerja protein tersebut untuk mencegah terjadinya pembuahan.

Pernikahan Bisa Jadi Antidepresi Alami.

Pernikahan ternyata bukan hanya sebuah awal menjalani hidup baru bersama pasangan, namun ternyata juga bisa jadi antidepresi alami yang terbukti manjur mengubah kesehatan mental seseorang.

Dalam penelitian yang pernah dilakukan beberapa tahun lalu, menyebutkan pernikahan dalam jangka panjang dan hubungan sosial yang berkualitas bahkan bisa mencegah resiko penyakit jantung. Jika dalam studi tersebut menggunakan pasangan usia lanjut, makan dalam setudi terbaru ini lebih difokuskan pada semua usia, ras, pendidikan dan tingkat materi.

Para ilmuwan dari Ohio State University, Amerika meneliti catatan medis pada lebih dari 3 ribu individu dari National Survey of Families and Households, yang di ambil dari dua kali sesi wawancara warga Amerika, yakni saat mereka single (1987-88) dan saat mereka menikah (1992-94).

Dari hasil wawancara dan tes medis bisa ditarik kesimpulan bahwa saat mereka masih single mereka mengaku sering mengeluh, gampang moody dan cepat tertekan, namun setelah mereka menikah lebih dari separuh responden menyatakan banyak menemukan kegembiraan, dan kestabilan emosi.

"Kita sangat terkejut dengan hasil yang bertolak belakang dengan keyakinan yang menyebutkan menikah justru memicu depresi. Selama ini mereka yang kerap merasa depresi menganggap pernikahan tak banyak membantu dan justru meningkatkan ketegangan dengan pasangan," jelas Adrianne Frech, siswa studi sosiologi dari Ohio State University yang terlibat dalam studi ini.

"Jika Anda memulai sesuatu dengan bahagia, Anda tak perlu berpikir terlalu jauh. Dalam hal ini mereka yang depresi lebih membutuhkan keintiman fisik, kedekatan secara emosi, dan dukungan sosial yang banyak dijumpai dalam sebuah perkawinan. Pernikahan banyak memberi keuntungan bagi mereka yang depresi, membuat mereka lebih diperhatikan dan membantu meningkatkan kepercayaan diri."

"Kita jangan hanya berpatokan dengan penilaian yang menyebutkan pernikahan sebagai sebuah sarana 'pengayaan diri', tapi cobalah melihat pernikahan dalam sisi emosionalnya, terutama bagi mereka yang sering depresi," tambah Kristi Williams, aisten professor Sociology dari Ohio State University, yang turut terlibat dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal tahunan Ohio State University edisi Agustus 2006.
sumber: kcm



loading...

This article may also you need...!!!




No comments:

Post a Comment